Terdorong oleh desakan psikologis yang bernama KEPO, akhirnya gue memutuskan untuk nonton film ini. Sebenernya keinginan itu udah ada sejak trailernya baru muncul. Apa daya nggak ada satu pun temen, sodara, bahkan pacar yang mau diajakin nonton.

Lo bayangin aja gimana gue berkeliaran memaksa-maksa orang buat nonton film. Gue bahkan sempet berencana bohongin pacar gue.

Rencananya gue mau ajakin nonton film lain, tapi sebenernya gue beli tiket “Pengabdi Setan” *ketawa jahat*. Sayang, rencana menjebak doi pun pada akhirnya gagal L
SPOILER ALERT : Buat yang belum nonton silakan nonton dulu filmnya. Atau kalau belum mau nonton tapi pengen baca review ini silakan saja dilanjutin.

Akhirnya hari itu pun tiba. Gue dichat Depik buat diajakin nonton film ini. Kalau gue nonton karena penasaran plus emang doyan nguji nyali gitu *gue emang getol nonton film horor*, nah Si Depik malah pengen nonton karena kebanyakan baca reviewnya

 -__-
Lucunya doi udah tahu jalan ceritanya sampai-sampai sepanjang film dia terus nanya gini ke gue :
“Cik, mau gue kasih spoiler gak?”

WAT DEEE...
-_______________-

Intronya kepanjangan kali ya, yuk capcus langsung bahas filmnya aja.

Baca Juga : Review Film Horor-Komedi Korea "Hello Ghost"


Daur Ulang

Film ini merupakan remake dari film berjudul serupa yang pernah ngehits di tahun 80-an. Menurut Joko Anwar, Sang Sutradara, dia ingin menghadirkan kembali suasana horor yang pernah dia rasakan sewaktu nonton film versi jadulnya.

Gue sendiri pernah nonton versi lawasnya, nonton di tipi, sendirian, pas tengah malem!!!

Tapi nggak serem. Apa karena gue anak milenials kali ya? *pasang muka babi face*

Secara garis besar, kedua film ini punya benang merah yang serupa. Ada orang mati yang bangkit kembali, tapi dari segi alur, penokohan, kualitas visual (ofkors), dan kualitas audianya jelas berbeda.

Pengabdi Setan (versi 2017) nggak mengambil setting waktu masa kini, melainkan setting waktu tahun 1981. Setidaknya kita bisa tamasya ke masa lalu lewat film ini.

Dikisahkan ada satu keluarga yang terdiri dari Bapak (diperankan oleh Bront Palarae), Ibu (Ayu Laksmi) dan anak-anak mereka, mulai dari yang tersulung : Rini (diperankan oleh Tara Basro), Tony (Endy Arfian), Boni (Nasar Anuz), dan Ian (M. Adhiyat).

Si Ibu dulunya merupakan seorang penyanyi kondang yang lagunya sempet hits pada masaya. Lagu yang dinyanyikan Si Ibu inilah yang akan ikut menambah sensasi horor sepanjang film.
Walau kata Depik, lagu ini sebenanya romantis kok.

Tapi menurut gue, seromantis-romantisnya sebuah lagu, kayanya nggak wajar kalau liriknya macem begini :

Di kesunyian malam ini// Ku datang menghampiri// Dirimu yang pernah berjanji// Sehidup dan semati//”

Profesi apaan coba yang mengharuskan orang datang malam-malam nyamperin orang??? Berikan hamba petunjuk Ya Tuhaaaaan!

Lanjut.
Selama dua tahun belakangan, Si Ibu mengalami sakit yang membuatnya cuma bisa tidur leyeh-leyeh di ranjang. Sementara kondisi keuangan keluarga mulai terpuruk karena uang mereka habis untuk biaya pengobatan Ibu.

Duit royalti hasil penjualan priringan hitam lagu Si Ibu juga udah ludes untuk merawat ibu. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di rumah nenek dan rumah itu pun juga akhirnya harus digadaikan.

Karena nggak bisa ngomong, Ibu hanya bisa membuyikan lonceng jika butuh bantuan. Dari awal film, keliatan banget anggota keluarga yang lain ogah-ogahan kalau disuruh nyamperin ibu.
Ya gemana kaga mager kalau penampakan ibu lo macem begini.


Udah gitu, Si Ibu ini punya kebiasaan sebelum tidur minta disisirin. Tony yang merupakan anak kedua termasuk cukup berbakti, dengan ikhlas nyisirin rambut ibu.

Ketika ada sebuah scene dimana Tony nyisirin rambut ibunya tapi malah lepas dan doi bertanya : “Rambut ibu rontok?”, disitulah gue pengen bilang : “Makanya pake shampo anti hairfall dong buuuk!” *kibas rambut*

Singkat cerita Si Ibu meninggal meski malam sebelumnya sempet bikin dramak dengan nakut-nakutin Rini. Ceritanya belio berdiri di deket jendela pake tudung saji (gue liatnya sih gitu) trus senyum-senyum najong gitu deh.

YIHAAAAA!

Pasca meninggalnya ibu, teror pun dimulai. Kejadian aneh mulai bermunculan di rumah yang dibangun deket kuburan itu. Situasi makin runyam manakala Si Bapak mesti keluar kota buat nyari duit.

Jangankan handphone, telepon rumah aja nggak ada. Alhasil kalau ada kenapa-kenapa anak-anak nggak bisa nelpon Si Bapak.

Mau tahu “kenapa-kenapa”nya itu seperti apa?

Pertama, nenek meninggal, jasadnya ditemukan mengambang di sumur mereka. Kedua, Ian diteror hantu nenek. Trus Si Boni, Rini, dan Tony diteror hantu Ibu.

Untungnya ada juga tokoh-tokoh baik yang mau bantu keluarga Rini. Ada Pak Ustad dan anaknya yang ganteng (diperankan oleh Dimas Aditya). Mereka mau membantu Rini, salah satunya menawarkan rumah mereka sebagai tempat pelarian kalau-kalau setan di rumah mereka macem-macem.

Trus ada juga Pak Budiman yang merupakan temen satu SMAnya Si Nenek. Saking deketnya mereka sampai-sampai mereka nggak jadian, kata Pak Budiman.


Ternyata friendzone udah ada sejak jaman dulu kala ya. *catet*

Pak Budiman inilah pemegang kunci yang akan menguak tabir di balik peristiwa horor yang menimpa keluarga Rini.

Sekuel? Atau Prekuel?

Berbicara mengenai film, tentu kita perlu membahas akting para pemainnya. Kalau kata Bang Ernest, skenario itu hanya sebuah tumpukan kertas tebal yang nggak akan jadi apa-apa kalau nggak dibawakan oleh para aktor atau artis.

Akting para pemain di film produksi Rapi Films ini betul-betul mengagumkan, salah satunya yang cukup mendapat sorotan adalah akting Ian, anak paling bungsu. Anak ini lucu dan menggemaskan walau pun ceritanya doi tuna rungu. Gue berpikir kalau peran ini digantikan oleh orang lain sepertinya kesan polos dan lucunya nggak bakal dapet.

Trus standing applaus buat the one and only, siapa lagi kalau bukan pemeran tokoh Ibu. Akting ibu yang diperankan Ayu Laksmi sukses membuat penonton terkesiab-kesiab. Padahal Ayu Laksmi nggak kebagian dialog sama sekali lo. Cuma modal melotot sama seliweran ke sana ke mari justru berhasil membuat penonton bergidik.

Tenang aja bro, kita nggak bakal ketakutan melulu saat nonton film ini. Beberapa celetukan-celetukan dalam dialog film Pengabdi Setan bikin satu bioskop sukses ketawa. Seperti ingin mengadopsi formula film horor ala hollywood, film ini juga punya beberapa pesan moral kehidupan yang ingin disampaikan ke penikmat film.

Kalau boleh gue rangkum berikut pesan moral dari Film Pengabdi Setan :
1.       Jangan pernah lupa untuk mendekatkan diri pada Sang Maha Kuasa
2.       Kebersamaan dan cinta kasih dalam keluarga akan menjadi modal kekuatan dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam hidup.
3.       Jangan pakai sumur timba, bray. Selain ketinggalan jaman, tingkat kehororan di rumah lu bakal naik berkali-kali lipat kalau masih pakai sumber air jenis ini (becandak yak, gue juga masih ada sumur di rumah. *zzzzt*).

Nggak ada gading yang tak retak. Sayang sekali gue menemukan sebuah detail yang justru agak “merusak” tata artistik pada film ini. Memang satu aja sih yang gue inget. Yaitu kehadiran setoples benda mirip sosis SO N*CE di pojok dapur rumah Rini.

Kelihatannya sepele sih, namun “kesalahan” kecil seperti ini kerap kali menjadi bumerang bagi para film makernya sendiri. Namun yang gue cyduk dari film Pengabdi Setan ini cukup bisa ditoleransi kok dan nggak merusak esensi dari film ini.

Gue juga akui membuat film dengan mengangkat setting masa lampau pastilah nggak gampang. Perlu riset yang matang untuk membawa penonton ke suasana jaman yang ingin diceritakan dalam film.
Oh, iya. Film ini memiliki ending plot twist sehingga gue nggak bakal spoiler soal ending. Pokoknya nonton aja filmya.

Melihat adanya klue di sana dan di sini yang belum terpecahkan di film ini, gue yakin seyakin-yakinnya bakal ada sekuel untuk film ini.

Atau bisa jadi, justru prekuel. Ya, kita lihat saja nanti sodara-sodaraaa.


4 Comments

  1. penasaran tapi gak berani nonton :((


    www.alfikhoiru.blogspot.co.id

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nonton sama pacar biar bisa sembunyi di bawah keleknya ;))))

      Delete
  2. Huahahahah gue ketawa ngakak baca review elu Ci. Kudunya merasa serem2 najong gitu ya, tapi review an lu sukses bikin gw senyam-senyum sendiri.

    Gue belum nonton.

    Dan. Gak. Bakal. Berani. Nonton. Titik.


    tulisandarihatikecilku.blogspot.co.id

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak serem-serem amat kok sher. Palingan cuma nggak bisa bobok satu malam ajaaah ;))))

      Delete

Senang sekali kamu bisa mampir ke postinganku, tapi jangan lupa tingggalkan jejak komentar di bawah ya :)